Panghulu , Pamepet, Panèlèng, Paneuleung dan Panyuku merupakan rarangkèn atau tanda baca yang merubah bunyi Ngalagena. Untuk menggunakan ke 5 tersebut, sangatlah mudah. Anda hanya tinggal menambahkannya sesuai dengan aturan masing rarangkèn ke 5 tersebut. Panghulu mempunyai bentuk seperti huruf V namun terdapat tanda setrip di atas dan harus menyimpannya di atas. Panghulu merubah bunyi menjadi /i/ . Pamepet mempunyai bentuk seperti huruf V dan harus menyimpannya di atas. Pamepet merubah bunyi menjadi /e/ . Panèlèng mempunyai bentuk seperti huruf Z namun terdapat setrip di kanan dan harus menyimpannya di sebelah kiri. Panèlèng merubah bunyi menjadi /e/ . Paneuleung mempunyai bentuk seperti huruf V namun terdapat garis di tengah dan harus menyimpannya di atas. Paneuleung merubah bunyi menjadi /eu/ Panyuku mempunyai bentuk seperti angka 7 dan harus menyimpannya di bawah. Panyuku merubah bunyi menjadi /u/ . Rarangkèn ke 5 tersebut tidak akan berfungsi jika digunakan pada Swara, itu karena
Assalaamua'alaykum Dulur Alhamdulillaah bertemu lagi bersama kami di ASB, Blog yang membahas dengan lengkap per Aksara Sunda an. Pada postingan kali ini, kami akan membahas mengenai Perbedaan Pamepet, Panèlèng dan Paneuleung. Ketiganya merupakan bagian dari Rarangkèn atau Tanda Baca di Aksara Sunda. Namun perlu diperhatikan bahwa dalam Aksara Sunda sangat berbeda dengan tulisan latin ( Bahasa Indonesia ) . Misalnya saja, antara kata "Nempo", "Nèang" dan "Leumpang " . Coba perhatikan bunyi E nya, beda kan? Begitu juga dalam Bahasa Indonesia seperti dalam kata "Mencari" dan "Perak" , keduanya mengandung bunyi E yang berbeda. Nah demikianlah dalam sistem penulisan Aksara Sunda ditemukan perbedaan cara penulisan guna mempermudah orang yang membacanya. Pamepet Panèlèng Paneuleung Untuk menggunakan ketiganya maka diperlukan penyesuaian atau kebiasaan suatu bunyi kalimat atau kata. Contoh: Gelang , Geulang atau Gèlang ? Ketiga kata ter